Wednesday, January 9, 2008

Depan Kebun

Sepanjang pinggiran kebun ada beberapa pengrajin tanaman hias yang akan meramaikan cluster tanaman hias.

Rencana yang akan diusulkan bahwa di kebun wisata (Agrowisata) ini akan dibangun pusat pendidikan lingkungan, tanaman obat dan tanaman tropika berguna lainnya untuk kepentingan pengetahuan maupun generasi yang akan datang dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan.

Dekat jalan nih

Akses ke potensi agrowisata itu dekat dengan Jalan raya. Tinggal dikembangkan dan difasilitasi dengan infrastruktur ramah lingkungan

Salah satu tanaman kebun


Pohon pisang kolong langit


Air dari mata air yang ditampung

Air alam dari mata air ditampung di sebuah tangki untuk disalurkan ke beberapa rumah sekitar kebun. Mau dimanfaatkan untuk kepentingan penduduk sekitar.

Dari Mata Air

Dekat kebun itu ada mata air tempat penduduk setempat memanfaatkannya untuk cuci pakaian. Coba tengok sejenak ke bawah, pasti ada ibu-ibu yang lagi pada nyuci...

Pekebun


Didin dan pekebunnya di awal tahun baru 10 Januari 2008. Kami jalan keliling kebun untuk ngobrol potensi wilayah dan perencanaan jangka panjang mengelola agrowisata di samping Rumah Potong Hewan, di dekat bantaran Kali Cisadane ini..

Pohon Rindang

Naungan-naungan seperti ini yang akan menyimpan air.

Ladang dan hutan

Rencananya membangun kompleks agrowisata yang mengintegrasikan tanaman keras dan ladang. Usul kami adalah membangun cluster-cluster wilayah mirip kebun raya, dengan keanekaragaman pohon dan sumberdaya untuk belajar.

Tanaman keras berfungsi sebagai penyerap air, peneduh, produsen oksigen dan tempat bernaung.

Kebun Wisata, Kebun Belajar

Wisata kebun ini akan didirikan di atas lahan kurang lebih 1 ha, di dekat bantaran sungai Cisadane dan diharapkan sebagai tempat konservasi dan belajar.

Mencari harapan baru


Dalam proses pencarian dan upaya dalam pengelolaan lingkungan berkelanjutan, mengelola sumberdaya kebun adalah alternatif membangun kepedulian.


Kondisi lingkungan yang memprihatinkan, berkurangnya ruang publik untuk berkarya dan berkreasi, menurunnya kualitas sumberdaya alam dan meningkatnya pemanasan global telah mendorong para penggiat untuk menciptakan ruang publik "agrowisata".