16 jan 2008
Hari ini jam 07.00 pagi................ idi, mas happy dah sipa jemput mas didin buat survey ke kampung pending.
Pernah denger or tau kampung pending ga?
Kampung pending ini berlokasi di kampung bojongmenteng, desa cimande hilir, kecamatan caringin hilir. Dengan berlatar belakang gunung salak dan kelokan sungai cisadane dengan dilingkupi hamparan sawah, kebun buah yang berada di sepanjang jalan setapak menuju lokasi kampung pending................ udah bisa terbayang dunk gimana indah dan bersihnya udara di lokasi ini.
Kampung pending ini adalah kampung pendidikan lingkungan, yang merupakan bagian dari yayasan RMI yang dikelola secara khusus untuk lebih difokuskan pada penyelenggaran kegiatan pendidikan dan pastinya pendidikan lingkungan.
Kita start dari gedung johar di daerah yasmin sekitar jam 09.00 dan sampai di lokasi kampung pending sekitar jam 10.00an deh. Kami bertiga langsung di terima oleh mba nana dari RMI yang ternyata sudah selam 1 taun ini mba nana menetap di kampung pending ( niat banget ya bo!).
Ada juga mba uus yang merupakan warga sekitar yang terlibat dalam pengelolaan kampung pending.
Sambil menjamu kami bertiga dengan sepiring perkedel jagung dan pisang rebus yang masih hangat, Mba nana bercerita tentang kampung pending ya indah........... jujur ya.... meski belum liat lokasi nya tapi dari cerita mba nana rasanya bayangan seperti apa indanhnya kampung pending udah bermain- main di benak idi. Jadi ga sabar deh pengen buru- buru jalan dan liat dengan mata sendiri.
Mba nana dan mba uus cerita kalo kerajian yang dihasilkan masyarakat sekitar adalah kotak bambu yang biasa digunakan untuk tempat ikan cuwek, dan 1 kotak hanya dihargain Rp. 40 saja. Kalo pembeli beli 100 buah cuma Rp. 4000 dunk yah. Pendapatannya minim banget. Makanya dari crew kampung pending mengajari ibu- ibu untuk membuat sulaman- sulaman yang natinya akan dijahit menjadi tempat tissu, tas laptop dan sebagainya. Sayangnya wrga baru bisa menyulamnya saja semtar untuk menjahitnya masih diserahkan pada tukang jahit yang entah dimana karena alatnya mereka belum punya.
Setelah asik ngobrol kami berencana memulai perjalanan tapi ternyata kami bertiga masih belum boleh meninggal kantor sekretariat sebelum menghabiskan suguhan bubur menado yang nyummy buatan ibu- ibu desa. Kebetulan setiap hari rabu, crew kampung pending emang adain program perbaikan gizi bagi ibu dan balita, dan menu hari ini adalah membuat bubur menado.
Jadi deh sarapan lagi........ lumayan kan buat tambahan energi sebelum melakukan perjalanan.
Untuk mencapai ke desa pending kami bertiga ditemani mba uus harus melewati jalan kampung dan jalan setapak yang agak becek, tapi sedang dalam perbaikan kok...... jalan setapaknya udah mulai dikasih paving agak tidak terlkalu licin dan becek.
Menurut info yang kami terima perjalanan akan memakan waktu 15 menit atau sekitar 1 km lah. Nda jauh kan.... apalagi dengan sajian pemandangan yang begitu indah. Wah nda kerasa deh. Tau- tau udah sampe aja.
Sepanjang perjalanan mba uus cerita banyak hal tentang desa bojong menteng.
Dulu waktu mba uus kecil, hutannya masih sangat rimbun, dan air dari mata air dan air tanah rasanya tidak ada habisnya, tapi sejak ada pabrik minuman mizone di yang membeli lahan mereka , sekarang baru kemarau sedikit aja mereka udah kehabisan air bersih. Dan kaoo kondisi seprti ini sudah muncul makan warga masyarakat harus rela berjalan jauh ke sungai ( idi lupa namanya temennya sungai cimande deh) untuk mandi dan mencuci. Bahkan ada beberapa warga yang akhirnya berlangganan PAM.
Rasanya lucu kan........ warga yang dulunya hidup dengan air bersih yang melimpah jadi harus berlangganan Pam dan berkorban seperti ini karena lahan mereka dibeli oleh pihak swasta.
Selain itu mba uus bilang 90% warga desa bojong menteng bermata pencharian sebagai petani atau buruh tani. Tapi sebagai lahan di desa bojong menteng ini sudah bukan milik warga setempat ada yang dijual ke pabrik2 dan PT bank danamon.
Alesannya klise lah, mereka pengen naik haji, dan sebagainya.
Beberapa hari yang lalu kata mba uus ditemukan sejenis monyet di sekitar desa bojong menteng tersebut , ternyata bukan monyet tapi kukang. Ada sekitar 2 ekor yang memunculkan diri namun sekarang sudah tidak ada kabarnya. Mungkin sudah dijual oleh yang menemukannya. Jumlahnya sekarang tidak sebanyak dulu. Kawasan hutan bambu memang sangat digemari para kukang.
Ehhhhhhhhhhhh lupa......... ibu – ibu warga juga diajarin bikin kompos lho. Namanya kompos kamura....... karena menggunakan alat yang ditemukan oleh pak kamura di jepang sana. Dan dikirm oleh pemerintah jepang untuk membantu warga bojong menteng
Ga kerasa sampe deh kami di lokasi desa pending.
Dan waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh terbayar deh semua lelahnya karena viewnya emang bagus banget. Ada hamparan sawah, sungai, dan fasilitas yang dimiliki kampung pending cukup membuat kami, khusunya idi merasa refresh banget.
Di lokasi sekitar kampung pending banyak terdapat banyak tanaman obat yang masih liar, taneman untuk bikin minyak cimande yang terkenal, minyak cimande ini terbuat dari minyak kelapa, daun sirih dan beberapa jenis tanaman obat lainnya. Ada juga taneman yang biasa diolah unruk membuat jamu bagi para ibu yang baru mlahirkan..... maklum mereka merasa ga sanggup kalo harus membeli produk2 jamu sesudah melahirkan itu. Selain harganya mahal sekali , mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh,kan.
Setelah menikamti view dan mengambil beberapa obyek yang menarik juga bernarsis ria he...he...... kami harus kembali ke sekretariat. Meski sebenernya ya belum puas deh.
Dalam perjalanan pulang mba uus kemnbali bercerita kalo dengan jumlah penduduk desa bojongmenteng yang berjumlah sekitar 8000 jiwa hanya 550 jiwa yang mengenyam pendidikan SMA dan sederajat. Engga sampe setengahnya yah.
Kami melewati aliran kecil yang jernih banget, kata mba uus namanya mata air celeutik. Karena emang kecil jadi namanya cileutik. Mata air celutik ini hanya mengalir pada musim hujan kadang beberapa hari sebelum mesim hujan datang ...... orang sekitar bikang itu kadang menjadi tanda kapan musim hujab dateng dan kapan musin kemarau datang. Karena meski musim hujan tapi kalo musim kemarau udah di depan mata mata air celeutik pun akan kering.
Mba uus juga nunjukkin jalan yang biasa digunakan warga untuk mengambil air , mencuci dan mandi ke sungai. Mba uus juga ngalamin sendiri ..... waktu baru melahirkan anaknya belum juga genap 40 hari mba uus udah harus berjalan sejauh itu untuk mencuci dan mandi........ih kebayang sakitnya deh.......
Perjalanan menuju sekretariat terasa lebih cepat dan dekat. Dan sesampainya di sekreariat teh lela sudah menyiapkan makan siang yang ga kalah nyummynya dengan sajian sebelumnya. Menu sundaan deh ada tim ikan peda dengan mata- mata pete yang melotot, ikan mujair goreng, sayur asem dan pastinya sambel lalap dunk. Ehm...... setelah lelah berjalan rasanya nikmat banget kan makan makanan yang seperti itu. Dengan ditemani ayam 2 kecil dan kucing2 pula.
Mba uus bilang kalo warga lagi bener2 nda punya uang mereka cukup masak tim peda itu aja. Bahakn bisa sampe seminggu bertahan lho masakan itu. Jadi tim peda itu tidak diambil dagingnya hanya diambil kuahnya sebagai teman makan nasi, besoknya ya tim peda ini ditambah air aja. Dan begitu seterusnya............ ihhhhhhhhhhhhhh miris ya........ sementara kita bisa makan macem2 mereka sampe mengalami seperti itu. 1 minggu penuh makan hanya dengan kuah tim peda..... wah ga kebayang deh.
Setelah kenyang dan berbincang- bincang sebentar...................... kamipun pulang deh ke bogor.