Thursday, January 17, 2008

Learning from the programs

  1. Environmental education package (PADI/Paket Pendidikan Lingkungan) the package itself is set with following programs are as follow:

Environmental Education route (REPLING)

Repling is a program that is aimed at increasing the understanding and awareness on environmental issues with the target groups are for young generations [youngsters], young leaders. The program is organized with a set of trecking activity formed in a group of learning. By doing so, the REPLING's participant will learn the nature of environment and its relevant issues and the problems that apply the interpretation methodology. Each group will be assisted by at least one facilitator who will engage the participants with sharing experience and science knowledge.

Participatory learning process will be applied for learning the nature of environment along with the relevant environmental and social issues.

Duration: 2.5 - 3 hours.

Missions that enspirit us to work hand in hand


Learning from Kampung Pending where its missions are:


  1. To provide facility and program with environmental education values and to motivate communities to optimally use their resources

  2. To provide professional public service for both urban and rural communities

  3. To develop institutional capacity toward a self financed institution.

Learning from Kampung Pending


We are learning from Pending area where the place is around the Bogor district [Kabupaten Bogor].
We refer to any possibilities where we could have a chance to learn and develop our idea toward environmental justice.


Didin, Happy and Vidi temporarily initiated to do comparative study for establishing a site learning where Didin is going to provide a space nearby Yasmin - Bubulak Area. Didin, on his own will develop a site learning.
We got an idea that the line between Kampung Pending and Didin's site in on the same watershed line along Cisadane river.
If we could have several learning points for conserving the area, we are going to declare that we are working on watershed management.


Learning along Cisadane watershed


Along Cisadane watershed that span from the upstream Salak Mountain down to the Bogor area, the watershed (Daerah Aliran Sungai) is supposed to be conserved. The type of conservation is varied that depends on our capability and efforts for building our participation in saving the watershed area.


Gardening for recreational and education purpuse is one direct action that could support to save our environment.


The three musketers


The three musketeers are working on building partnership through recreational and education purpose gardening


Jalan ke Kampung Pendidikan Lingkungan

16 jan 2008

Hari ini jam 07.00 pagi................ idi, mas happy dah sipa jemput mas didin buat survey ke kampung pending.
Pernah denger or tau kampung pending ga?
Kampung pending ini berlokasi di kampung bojongmenteng, desa cimande hilir, kecamatan caringin hilir. Dengan berlatar belakang gunung salak dan kelokan sungai cisadane dengan dilingkupi hamparan sawah, kebun buah yang berada di sepanjang jalan setapak menuju lokasi kampung pending................ udah bisa terbayang dunk gimana indah dan bersihnya udara di lokasi ini.

Kampung pending ini adalah kampung pendidikan lingkungan, yang merupakan bagian dari yayasan RMI yang dikelola secara khusus untuk lebih difokuskan pada penyelenggaran kegiatan pendidikan dan pastinya pendidikan lingkungan.

Kita start dari gedung johar di daerah yasmin sekitar jam 09.00 dan sampai di lokasi kampung pending sekitar jam 10.00an deh. Kami bertiga langsung di terima oleh mba nana dari RMI yang ternyata sudah selam 1 taun ini mba nana menetap di kampung pending ( niat banget ya bo!).
Ada juga mba uus yang merupakan warga sekitar yang terlibat dalam pengelolaan kampung pending.

Sambil menjamu kami bertiga dengan sepiring perkedel jagung dan pisang rebus yang masih hangat, Mba nana bercerita tentang kampung pending ya indah........... jujur ya.... meski belum liat lokasi nya tapi dari cerita mba nana rasanya bayangan seperti apa indanhnya kampung pending udah bermain- main di benak idi. Jadi ga sabar deh pengen buru- buru jalan dan liat dengan mata sendiri.
Mba nana dan mba uus cerita kalo kerajian yang dihasilkan masyarakat sekitar adalah kotak bambu yang biasa digunakan untuk tempat ikan cuwek, dan 1 kotak hanya dihargain Rp. 40 saja. Kalo pembeli beli 100 buah cuma Rp. 4000 dunk yah. Pendapatannya minim banget. Makanya dari crew kampung pending mengajari ibu- ibu untuk membuat sulaman- sulaman yang natinya akan dijahit menjadi tempat tissu, tas laptop dan sebagainya. Sayangnya wrga baru bisa menyulamnya saja semtar untuk menjahitnya masih diserahkan pada tukang jahit yang entah dimana karena alatnya mereka belum punya.
Setelah asik ngobrol kami berencana memulai perjalanan tapi ternyata kami bertiga masih belum boleh meninggal kantor sekretariat sebelum menghabiskan suguhan bubur menado yang nyummy buatan ibu- ibu desa. Kebetulan setiap hari rabu, crew kampung pending emang adain program perbaikan gizi bagi ibu dan balita, dan menu hari ini adalah membuat bubur menado.
Jadi deh sarapan lagi........ lumayan kan buat tambahan energi sebelum melakukan perjalanan.

Untuk mencapai ke desa pending kami bertiga ditemani mba uus harus melewati jalan kampung dan jalan setapak yang agak becek, tapi sedang dalam perbaikan kok...... jalan setapaknya udah mulai dikasih paving agak tidak terlkalu licin dan becek.
Menurut info yang kami terima perjalanan akan memakan waktu 15 menit atau sekitar 1 km lah. Nda jauh kan.... apalagi dengan sajian pemandangan yang begitu indah. Wah nda kerasa deh. Tau- tau udah sampe aja.
Sepanjang perjalanan mba uus cerita banyak hal tentang desa bojong menteng.

Dulu waktu mba uus kecil, hutannya masih sangat rimbun, dan air dari mata air dan air tanah rasanya tidak ada habisnya, tapi sejak ada pabrik minuman mizone di yang membeli lahan mereka , sekarang baru kemarau sedikit aja mereka udah kehabisan air bersih. Dan kaoo kondisi seprti ini sudah muncul makan warga masyarakat harus rela berjalan jauh ke sungai ( idi lupa namanya temennya sungai cimande deh) untuk mandi dan mencuci. Bahkan ada beberapa warga yang akhirnya berlangganan PAM.
Rasanya lucu kan........ warga yang dulunya hidup dengan air bersih yang melimpah jadi harus berlangganan Pam dan berkorban seperti ini karena lahan mereka dibeli oleh pihak swasta.
Selain itu mba uus bilang 90% warga desa bojong menteng bermata pencharian sebagai petani atau buruh tani. Tapi sebagai lahan di desa bojong menteng ini sudah bukan milik warga setempat ada yang dijual ke pabrik2 dan PT bank danamon.
Alesannya klise lah, mereka pengen naik haji, dan sebagainya.

Beberapa hari yang lalu kata mba uus ditemukan sejenis monyet di sekitar desa bojong menteng tersebut , ternyata bukan monyet tapi kukang. Ada sekitar 2 ekor yang memunculkan diri namun sekarang sudah tidak ada kabarnya. Mungkin sudah dijual oleh yang menemukannya. Jumlahnya sekarang tidak sebanyak dulu. Kawasan hutan bambu memang sangat digemari para kukang.

Ehhhhhhhhhhhh lupa......... ibu – ibu warga juga diajarin bikin kompos lho. Namanya kompos kamura....... karena menggunakan alat yang ditemukan oleh pak kamura di jepang sana. Dan dikirm oleh pemerintah jepang untuk membantu warga bojong menteng

Ga kerasa sampe deh kami di lokasi desa pending.
Dan waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh terbayar deh semua lelahnya karena viewnya emang bagus banget. Ada hamparan sawah, sungai, dan fasilitas yang dimiliki kampung pending cukup membuat kami, khusunya idi merasa refresh banget.
Di lokasi sekitar kampung pending banyak terdapat banyak tanaman obat yang masih liar, taneman untuk bikin minyak cimande yang terkenal, minyak cimande ini terbuat dari minyak kelapa, daun sirih dan beberapa jenis tanaman obat lainnya. Ada juga taneman yang biasa diolah unruk membuat jamu bagi para ibu yang baru mlahirkan..... maklum mereka merasa ga sanggup kalo harus membeli produk2 jamu sesudah melahirkan itu. Selain harganya mahal sekali , mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh,kan.

Setelah menikamti view dan mengambil beberapa obyek yang menarik juga bernarsis ria he...he...... kami harus kembali ke sekretariat. Meski sebenernya ya belum puas deh.
Dalam perjalanan pulang mba uus kemnbali bercerita kalo dengan jumlah penduduk desa bojongmenteng yang berjumlah sekitar 8000 jiwa hanya 550 jiwa yang mengenyam pendidikan SMA dan sederajat. Engga sampe setengahnya yah.
Kami melewati aliran kecil yang jernih banget, kata mba uus namanya mata air celeutik. Karena emang kecil jadi namanya cileutik. Mata air celutik ini hanya mengalir pada musim hujan kadang beberapa hari sebelum mesim hujan datang ...... orang sekitar bikang itu kadang menjadi tanda kapan musim hujab dateng dan kapan musin kemarau datang. Karena meski musim hujan tapi kalo musim kemarau udah di depan mata mata air celeutik pun akan kering.
Mba uus juga nunjukkin jalan yang biasa digunakan warga untuk mengambil air , mencuci dan mandi ke sungai. Mba uus juga ngalamin sendiri ..... waktu baru melahirkan anaknya belum juga genap 40 hari mba uus udah harus berjalan sejauh itu untuk mencuci dan mandi........ih kebayang sakitnya deh.......

Perjalanan menuju sekretariat terasa lebih cepat dan dekat. Dan sesampainya di sekreariat teh lela sudah menyiapkan makan siang yang ga kalah nyummynya dengan sajian sebelumnya. Menu sundaan deh ada tim ikan peda dengan mata- mata pete yang melotot, ikan mujair goreng, sayur asem dan pastinya sambel lalap dunk. Ehm...... setelah lelah berjalan rasanya nikmat banget kan makan makanan yang seperti itu. Dengan ditemani ayam 2 kecil dan kucing2 pula.
Mba uus bilang kalo warga lagi bener2 nda punya uang mereka cukup masak tim peda itu aja. Bahakn bisa sampe seminggu bertahan lho masakan itu. Jadi tim peda itu tidak diambil dagingnya hanya diambil kuahnya sebagai teman makan nasi, besoknya ya tim peda ini ditambah air aja. Dan begitu seterusnya............ ihhhhhhhhhhhhhh miris ya........ sementara kita bisa makan macem2 mereka sampe mengalami seperti itu. 1 minggu penuh makan hanya dengan kuah tim peda..... wah ga kebayang deh.

Setelah kenyang dan berbincang- bincang sebentar...................... kamipun pulang deh ke bogor.

Sunday, January 13, 2008

Mengelola Kemitraan



Membangun inisiatif adalah sebuah kerja panjang dan memerlukan komitmen jangka panjang pula. Dalam kaitannya dengan gagasan kebun wisata ini, perlu dikumpulkan dulu ide-ide lansekap dan elemen-elemen apa saja yang akan dibangun di kebun tersebut.

Demikian pula yang ingin dilakukan dengan inisiatif kebun wisata ini. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kebun wisata yang ingin dibangun adalah integrasi gagasan "sosial, ekonomi, lingkungan, kebudayaan, kebijakan, pertahanan dan keamanan".

Kaitannya dengan sosial bahwa manusia sebagai mahluk sosial akan memerlukan kerjasama antar pihak. Manusia yang beragam dan dengan segala kelebihan dan kekurangannya memerlukan energi untuk dapat bekerjasama satu sama lain. Perbedaan pendapat, pikiran dan jalan hidup adalah lumrah. Interaksi intensif merupakan jalan menuju kesepakatan dan memperkecil friksi yang sudah ada.

Kaitannya dengan budaya, bahwa budaya masyarakat yang sudah mendarah daging harus dijadikan landasan berpikir dan bertindak. Strategi apapun juga harus hendaknya mengacu pada kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada.

Kaitannya dengan keamanan bahwa konsep "sustainable management"harus siap dengan penyelamatan sandang pangan papan kita di dunia. Kondisi alam yang makin menurun dan berkurangnya nilai-nilai alamiah menjadikan sesuatu yang alami itu sulit ditemukan.

Kita memperkenalkan "the nature of environment" dalam konsep pengelolaan Kebun Wisata ini dalam rangka mereduksi arus konsumerisme yang makin deras mengalir di kalangan kita.

Friday, January 11, 2008

Bogor dan Lembayung Senja dan Mari Berkebun!

Lembayung senja di kota Bogor dikala musim
kemarau menambah suasana romantis :)

Secercah Harapan



Secercah harapan yang dapat kita dapatkan dengan hadirnya Kebun Wisata multifungsi ini.
  1. Tempat belajar berkebun dan ilmu pengetahuan botani
  2. Praktik pengelolaan lingkungan lestari [Sustainable Environmental Management]
  3. Mereduksi arus konsumerisme penduduk dengan mengajak kembali ke alam
  4. Membangun inisiatif pengelolaan lingkungan di berbagai titik wilayah Bogor sebagai kota penyangga ibu kota Jakarta
  5. Menciptakan Bogor nan asri
  6. Mendukung program "Mitigating the Climate Change"
  7. "Etalase" nyata pengelolaan lingkungan berkelanjutan

Penting Berencana


Dalam rangka mewujudkan kebun wisata berwawasan lingkungan, Didin dan kawan-kawan akan membuat perencanaan menyeluruh dan melakukan scanning terhadap inisiatif-inisiatif berkreasi dengan kebun.

Ini adalah inisiatif "kecil" tapi berdampak besar. Salah satu capaian terkini dan pasti adalah bermunculannya kesadaran mengelola lingkungan.

Tambahan lagi inisiatif pengelolaan lingkungan sekitar masih terlalu diwacanakan. Agar wacana tersebut segera terwujud, tentunya inisiatif kecil-kecilan akan mendorong percepatan penyadaran terhadap pengelolaan itu sendiri.

  1. Komitmen adalah salah satu modal utama menuju terwujudnya "kebun wisata ramah lingkungan"
  2. Inovasi dalam berkebun perlu dilakukan. Tantangan pengelolaan sumberdaya alam saat ini makin hebat karena tekanan pemanfaatan dan berkembangnya populasi pemanfaat sumberdaya alam tersebut.
  3. Inisiatif dan kreativitas adalah kebutuhan mendasar untuk mendorong upaya berkebun ini nyata.
  4. Kontribusi dalam mendorong upaya "kebun wisata" ini terarah, terencana dan motivatif
  5. Motivatif berfungsi dan merujuk pada semangat memotivasi dorongan-dorongan berkebun ramah lingkungan. Di tengah himpitan arus gaya hidup kota yang konsumtif, berkebun adalah salah satu cara menjaga dan mengingatkan agar kembali ke alam.

Wednesday, January 9, 2008

Depan Kebun

Sepanjang pinggiran kebun ada beberapa pengrajin tanaman hias yang akan meramaikan cluster tanaman hias.

Rencana yang akan diusulkan bahwa di kebun wisata (Agrowisata) ini akan dibangun pusat pendidikan lingkungan, tanaman obat dan tanaman tropika berguna lainnya untuk kepentingan pengetahuan maupun generasi yang akan datang dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan.

Dekat jalan nih

Akses ke potensi agrowisata itu dekat dengan Jalan raya. Tinggal dikembangkan dan difasilitasi dengan infrastruktur ramah lingkungan

Salah satu tanaman kebun


Pohon pisang kolong langit


Air dari mata air yang ditampung

Air alam dari mata air ditampung di sebuah tangki untuk disalurkan ke beberapa rumah sekitar kebun. Mau dimanfaatkan untuk kepentingan penduduk sekitar.

Dari Mata Air

Dekat kebun itu ada mata air tempat penduduk setempat memanfaatkannya untuk cuci pakaian. Coba tengok sejenak ke bawah, pasti ada ibu-ibu yang lagi pada nyuci...

Pekebun


Didin dan pekebunnya di awal tahun baru 10 Januari 2008. Kami jalan keliling kebun untuk ngobrol potensi wilayah dan perencanaan jangka panjang mengelola agrowisata di samping Rumah Potong Hewan, di dekat bantaran Kali Cisadane ini..

Pohon Rindang

Naungan-naungan seperti ini yang akan menyimpan air.

Ladang dan hutan

Rencananya membangun kompleks agrowisata yang mengintegrasikan tanaman keras dan ladang. Usul kami adalah membangun cluster-cluster wilayah mirip kebun raya, dengan keanekaragaman pohon dan sumberdaya untuk belajar.

Tanaman keras berfungsi sebagai penyerap air, peneduh, produsen oksigen dan tempat bernaung.

Kebun Wisata, Kebun Belajar

Wisata kebun ini akan didirikan di atas lahan kurang lebih 1 ha, di dekat bantaran sungai Cisadane dan diharapkan sebagai tempat konservasi dan belajar.

Mencari harapan baru


Dalam proses pencarian dan upaya dalam pengelolaan lingkungan berkelanjutan, mengelola sumberdaya kebun adalah alternatif membangun kepedulian.


Kondisi lingkungan yang memprihatinkan, berkurangnya ruang publik untuk berkarya dan berkreasi, menurunnya kualitas sumberdaya alam dan meningkatnya pemanasan global telah mendorong para penggiat untuk menciptakan ruang publik "agrowisata".